Lebaran Idul Adha: Lebih dari Sekadar Daging, Ini Makna Hakiki Berkurban

Panoramic Banten. Lebaran Idul Adha kembali menyapa umat Muslim di seluruh dunia. Hari besar yang juga dikenal sebagai Hari Raya Kurban ini bukan sekadar momentum penyembelihan hewan ternak, tetapi menjadi simbol ketaatan, keikhlasan, dan kepedulian sosial yang mendalam.
Idul Adha mengingatkan umat Islam pada kisah luar biasa Nabi Ibrahim AS yang bersedia mengorbankan putranya, Ismail AS, sebagai bentuk ketaatan penuh pada perintah Allah. Namun, ujian itu berubah menjadi rahmat ketika Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba. Dari kisah inilah, ajaran berkurban diwariskan sebagai wujud nyata dari keikhlasan dan pengorbanan.
Bagi sebagian orang, berkurban mungkin tampak sebagai ibadah tahunan dengan menyembelih sapi, kambing, atau domba. Namun, esensinya jauh lebih dalam. Berkurban adalah refleksi dari kesiapan manusia untuk melepaskan hal-hal duniawi demi tujuan yang lebih mulia: mendekatkan diri kepada Allah dan berbagi dengan sesama.
Tahun ini, semangat berkurban terasa lebih hidup di tengah upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi. Banyak masyarakat yang tetap bersemangat menunaikan ibadah kurban meski dalam kondisi finansial yang belum sepenuhnya pulih. Lembaga-lembaga sosial dan masjid turut mempermudah proses berkurban melalui sistem digital dan penyaluran hewan ke daerah-daerah yang membutuhkan.
"Makna berkurban bukan hanya pada penyembelihan hewannya, tapi pada niat dan keikhlasan kita saat melakukannya," ujar Ustaz Hadi Kusuma dalam khutbah Idul Adha di Jakarta. "Siapa pun yang mampu, hendaknya menjadikan momen ini untuk membersihkan hati dari rasa tamak dan memperbanyak amal sosial."
Idul Adha menjadi pengingat bahwa kebahagiaan sejati tidak hanya terletak pada apa yang kita miliki, tetapi juga pada apa yang mampu kita berikan kepada orang lain. Setiap daging yang dibagikan, setiap senyum yang terukir di wajah mereka yang menerima, adalah bukti bahwa nilai kurban hidup dalam tindakan nyata.