Gen Z dan Kurban: Saatnya Paham, Bukan Sekadar Ikut Tren Idul Adha

Panoramic Banten. Perayaan Idul Adha tahun ini membuka ruang baru bagi generasi muda, khususnya Gen Z, untuk mengenal kembali esensi ibadah kurban. Di tengah kesibukan dunia digital, tak sedikit dari mereka yang mulai bertanya: “Kurban itu sebenarnya apa sih? Haruskah kita ikut?”
Idul Adha bukan hanya tentang menyembelih hewan. Lebih dari itu, ini adalah peringatan tentang keikhlasan, pengorbanan, dan kepedulian sosial. Kurban berasal dari kisah Nabi Ibrahim AS yang rela mengorbankan putranya, Ismail AS, sebagai bentuk totalitas dalam menaati perintah Tuhan. Namun, pada akhirnya, Allah mengganti Ismail dengan seekor domba sebagai bukti bahwa yang dinilai adalah hati, bukan sekadar tindakan.
Di era sekarang, semangat itu tak pernah usang. Justru menjadi makin relevan di tengah tantangan hidup modern. Kurban adalah ajakan untuk belajar memberi, meski sedikit. Bagi Gen Z, yang hidup di tengah budaya instan dan serba visual, kurban bisa jadi latihan keikhlasan: menahan ego, berbagi rezeki, dan menyisihkan kenyamanan pribadi demi kemaslahatan bersama.
Sayangnya, masih banyak anak muda yang belum tahu atau belum peduli tentang arti sebenarnya dari kurban. Sebagian menganggapnya sebagai urusan orang tua atau hanya sekadar simbolik. Padahal, justru di usia muda, kesempatan untuk memahami nilai-nilai spiritual seperti kurban bisa menjadi pondasi karakter yang kuat.
Melalui berbagai platform digital, edukasi soal kurban mulai digalakkan. Banyak komunitas dan organisasi sosial yang menyediakan akses mudah untuk ikut patungan kurban atau menyalurkan bantuan ke daerah terpencil. Kurban pun tak lagi terbatas pada fisik penyembelihan, tapi juga bisa bermakna luas: kurban waktu, tenaga, hingga ego pribadi.
Idul Adha 2025 menjadi panggilan bagi generasi muda untuk tidak sekadar melihat perayaan ini dari sisi luar. Ini adalah momentum untuk mengasah empati, memperkuat rasa peduli, dan memahami bahwa kebaikan bukan soal besar-kecilnya, tapi niat tulus di baliknya.