Fenomena ‘Rohana & Rojali’: Gaya Baru Window Shopping yang Jadi Tren di Mal Indonesia

Panoramic Banten. Dunia belanja di Indonesia kini diramaikan dengan fenomena unik yang disebut ‘Rohana’ (Rombongan Wanita) dan ‘Rojali’ (Rombongan Jajan Lihat-lihat). Istilah ini merujuk pada kelompok pengunjung mal yang lebih suka menikmati suasana berbelanja tanpa harus mengeluarkan banyak uang untuk bertransaksi. Fenomena ini semakin populer terutama di kalangan anak muda yang menjadikan pusat perbelanjaan sebagai tempat hangout.
Alih-alih membeli barang-barang mahal, para ‘Rohana’ dan ‘Rojali’ lebih sering datang untuk sekadar mencoba makanan ringan, berfoto, hingga melihat tren fashion terbaru. Aktivitas ini dianggap sebagai hiburan tersendiri sekaligus cara untuk tetap up to date dengan gaya hidup urban, tanpa perlu menguras dompet. Tak heran, banyak mal di kota besar yang ramai meski tidak semua pengunjung berbelanja.
Fenomena ini mendapat respon beragam dari pihak pengelola pusat perbelanjaan. Di satu sisi, keberadaan para window shopper membantu meningkatkan traffic dan membuat mal terlihat lebih hidup. Namun di sisi lain, pola konsumsi ini juga menantang para tenant untuk lebih kreatif menarik perhatian pengunjung agar akhirnya tetap membeli produk. Diskon musiman, desain etalase unik, hingga spot foto instagramable kini jadi strategi yang marak digunakan.
Sosiolog menilai tren ini sebagai bentuk adaptasi masyarakat terhadap tekanan ekonomi. Dengan meningkatnya harga barang dan kebutuhan sehari-hari, banyak orang lebih memilih “cuci mata” dibandingkan belanja besar. Meski demikian, kegiatan ini tetap memberi nilai sosial karena menjadi ajang rekreasi, mempererat pertemanan, bahkan menurunkan stres.
Ke depan, fenomena ‘Rohana’ dan ‘Rojali’ diprediksi akan terus berkembang. Dengan semakin kreatifnya pusat perbelanjaan menghadirkan pengalaman non-transaksional, window shopping bisa jadi salah satu ciri khas budaya belanja masyarakat Indonesia. Bagi konsumen, ini adalah cara menikmati hiburan murah meriah. Bagi bisnis, ini tantangan sekaligus peluang untuk menciptakan pengalaman belanja yang lebih inklusif.